Akatsuki Red Cloud Symbol Emblem Welcome Pak Dosen kasik nilai bagus ya...

Rabu, 09 November 2011

Pengaruh mentimun terhadap tensi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah yang melebihi dari rata-rata (Beavers, 2007;89). Menurut Smeltzer & Bare (2003; 896) Hipertensi adalah tekanan darah pasien dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Namun pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg.
Penyakit hipertensi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah gaya hidup terutama pengaturan diet sehari-hari. Sejumlah faktor dapat menyebabkan hipertensi. Kerturunan merupakan salah satu faktor, yang berarti hipertensi dapat terjadi dalam keluarga. Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi sebagian disebabkan oleh gaya hidup. Banyak orang yang bertambah berat badannya dan menjadi kurang aktif ketika bertambah tua dan menjadi kurang aktif ketika bertambah usia. Kedua faktor tersebut mampu mengakibatkan hipertensi,tetapi yang lebih penting yang mengakibatkan hipertensi adalah mengkonsumsi makanan cepat saji (Beavers, 2007;28).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa terkanan darah tinggi atau hipertensi terjadi sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Berdasarkan jumlah pengidap hipertensi sebesar 972 juta, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia. Hal ini membalikkan teori sebelumnya bahwa hipertensi banyak menyerang kalangan ”mapan”. Faktanya, di negara maju yang sarat kemakmuran justru hipertensi bisa dikendalikan. Dalam Yayasan Jantung Indonesia (2003) menyatakan, tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga juta orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi (sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg). Sekitar 85-95% penderita mengalami tekanan darah tinggi tanpa diketahui penyebabnya, biasa disebut dengan hipertensi primer (essensial). Di Negara berkembang seperti di Indonesia  diperkirakan sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi. Pada tahun 2025 dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Saat ini di Indonesia belum bisa dilaporkan berapa angka pasti penderita hipertensi, namun dari hasil penelitian terakhir,prevalensi di Indonesia berkisar antara 17-22% (Ridwan, 2007).
Perubahan pola makan yang cenderung makan makanan yang siap saji yang mengandung lemak tinggi,protein dan garam yang tinggi tetapi rendah serat dan juga tinggi kalium karena dalam kandungan kalium mampu menghasilkan zat diuretik dimana kegunaannya untuk menurunkan tekanan darah dengan cara memaksa cairan keluar melalui buang air kecil secara berlebih, jika tidak ditangani secara dini akan mengakibatkan berkembangnya penyakit degenerative contohnya : penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker dan osteoporosis (Beavers, 2007;28-29). Kalium (K) merupakan kation yang sangat penting dalam cairan intraseluler yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolasitas (Suhardjo & Clara, 1992;83). Menurut Smeltzer & Bare (2003;897) penyakit hipertensi ini sering tidak menampakkan gejala dan tiba-tiba. Faktor risiko untuk penyakit hipertensi pada laki-laki lebih banyak terkena serangan jantung dibanding wanita. Laki-laki tidak mengalami menstruasi bulanan dan tidak memiliki hormon kewanitaan. Sebelum memasuki usia menopause wanita memiliki perlindungan alami mengenai penyakit jantung, yaitu hormon estrogen. Memasuki usia 45 tahun kaum laki-laki dan wanita pada usia 55 tahun memiliki risiko serangan jantung khususnya hipertensi
Pada penderita hipertensi kronis dengan tekanan darah > 150/90 mmHg dapat dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antihipertensi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan untuk penderita hipertensi ringan, hanya dianjurkan untuk diet sehari-hari dengan diet rendah garam dan juga tinggi kalium/potassium yang bisa di dapatkan dalam kandungan buah belimbing (Mary Courtney, 1997;273).
Belimbing adalah buah yang berbentuk khas, seperti bintang lima. Belimbing merupakan tanaman asli dari Indonesia dan Malaysia yang kemudian menyebar rata di Asia Tenggara. Di bandingkan dengan belimbing asam (Averrhoa bilimbi), atau lazim disebut sebagai belimbing wuluh, orang lebih menyukai belimbing manis (Averrhoa carambola) (Astawan,2008 ;18). Menurut Setiawan dan Felix (2011;20) kulit buah belimbing tipis, transparan, mengilap seperti berlapis lilin, masih muda berwarna hijau, jika matang berwarna kuning tua. Panjang belimbing antara 5-15 cm bila dipotong melintang menyerupai bintang, maka buah tersebut dikatakan starfruit.
Menurut  Astawan (2008;19) buah belimbing sangat baik di konsumsi untuk penderita hipertensi. Suatu makanan dikatakan makanan yang sehat untuk pembuluh darah dan jantung, dimana makanan tersebut mengandung rasio kalium dan natrium minimal 5:1. Sedangkan belimbing memiliki rasio kandungan kalium terhadap natrium 66:1, maka belimbing dikatakan sangat baik untuk penderita hipertensi.
Disini kerja dari kalium adalah kebalikan dari kerja natrium, jika natrium berfungsi sebagai meningkatkan tekanan darah maka kalium berfungsi sebagai penurun dari tekanan darah. Selain dari fungsi tersebut kalium juga memiliki fungsi membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam-basa bersama-sama dengan klorida (Astawan, 2008;19). Selain itu kalium yang tinggi juga akan memperlancar pencegahan dari aterosklerosis yaitu dengan menjaga pembuluh darah tetap elastis dan mengoptimalkan fungsi dari pembuluh darah tersebut. Dengan menjaga agar tidak terjadinya aterosklerosis tersebut maka mampu meminimalkan angka kejadian stroke dan penyakit jantung koroner  (Astawan, 2008;209).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Konsumsi Jus Belimbing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi.
B.     Perumusan masalah
Mengacu dari uraian di atas, maka masalah yang akan di asngkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada Pengaruh Konsumsi Jus Belimbing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi ? “.
C.     Tujuan penelitian
1.      Tujuan umum
Secara umum, yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mengkonsumsi belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi .
2.      Tujuan khusus
a.       Mengetahui tekanan darah pada kelompok yang tidak akan diberikan jus belimbing.
b.      Mengetahui tekanan darah pada kelompok yang akan diberikan jus belimbing selama 2 minggu.
c.       Mengetahui tekanan darah pada kelompok yang tidak diberikan jus belimbing selama 2 minggu.
d.      Mengetahui tekanan darah pada kelompok yang telah diberikan jus belimbing panjang selama 2 minggu.
e.       Menganalisa pengaruh mengkonsumsi jus belimbing terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
D.    Manfaat penelitian
1.      Manfaat praktis
a.       Bagi masyarakat
1)      Memberikan informasi terbaru tentang cara mengatasi hipertensi.
2)      Memberikan dorongan kepada masyarakat untuk pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar.
b.      Bagi petugas kesehatan
1)      Mampu memberikan alternatif baru dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
2.      Manfaat teoritis
a.       Bagi ilmu kesehatan
1)      Mampu memberikan pemasukan dalam perkembangan ilmu kesehatan
b.      Bagi penelitian lain
1)      Memberikan inspirasi untuk melanjutkan proposal ini menjadi lebih baik lagi.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep dasar hipertensi
1.      Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah yang melebihi dari rata-rata (Beavers, 2007;89). Menurut Smeltzer & Bare (2003; 896) Hipertensi adalah tekanan darah pasien dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Namun pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama dari stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal. Disebut pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung,Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abdnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosishipertensi harus bersifat spesifik-usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90).
2.      Penyebab hipertensi
Sejumlah faktor dapat menyebabkan hipertensi. Kerturunan merupakan salah satu faktor, yang berarti hipertensi dapat terjadi dalam keluarga. Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi sebagian disebabkan oleh gaya hidup. Banyak orang yang bertambah berat badannya dan menjadi kurang aktif ketika bertambah tua dan menjadi kurang aktif ketika bertambah usia. Kedua faktor tersebut mampu mengakibatkan hipertensi,tetapi yang lebih penting yang mengakibatkan hipertensi adalah mengkonsumsi makanan cepat saji (Beavers, 2007;28).
Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang berlebihan,tembakau dan obat-obatan sangat berperan disini. Tetapi penyebab yang paling berperan disini adalah faktor keturunan. Namun juga sangat di pengaruhi oleh gaya hidup bebas. Selain itu penyebab dari hipertensi tersebut karena konsumsi natrium yang banyak terkandung di dalam garam. Banyak garam di konsumsi berasal dari makanan-makanan yang cepat saji. Menurut penelitian natrium mampu meningkatkan tekanan darah (Smeltzer & Bare, 2003;897). Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung  dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron atau penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume diastolik-akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan volume diastolik-akhir disebut sebagai peningkatan preload jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningktan tekana sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau esponsivitas yang berlebihan dari arteriol, atau responsivitas yan berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untukmendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam aferload jantung, dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan aferload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikelakan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
Setiap kemunkinan penyebab hipertensi yang disebutkan diatas dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak orang, peningkatan rangsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas berlebihan dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan dapat menyebabkan hipertensi. Bagi sebagian, hal ini dapat terjadi pada stres jangka panjang, yang diketahui melibatkan pengaktifan sistem simpatis, atau mungkin kelebihan genetik reseptor noreprinefrin di jantung atau otot polos vaskular.
3.      Jenis hipertensi
Hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer atau sekunder, berdasarkan ada tidaknya penyebab yang terdapat teridentifikasi. Sebagaian besar kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan disebut hipertensi primer atau esensial. Apabila penyebabnya jelas dapat diketahui penyebabnya, maka hipertensinya disebut hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder, salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis artei renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan TPR, dan secara tidal langsung dengan meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorbsi natrium. Apabila dapatdilakukan perbaikan atas stenosis, atau apabila ginjal uang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain hipertensi sekunder antara lain adalah feokromositoma, suatu tumur penghasil-epinefrin dikelenjara adrenal, yang menyebabkan peningkatan kevepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit Cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan TPR karena hipersensitivitas sistem saraf simpatis. Aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan konsentrasi oral juga dianggap sebai hipertensi sekunder.
Hipertensi pada kehamilan (pregnancy-Induce hipertention, PIH) adalah jenis hipertensinya reversibel setelah bayi lahir. PIH terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal, volume darh meningkat secar adrastis. Pada wanita sehat, peningktan volume darah diakomodasi oleh penuruna responsivitas vaskuler terhadap hormon-hormon vasoaktidf, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita den PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma dan kematian.
4.      Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2002;898-890).
5.      Manifestasi klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan ,eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus besar, edema pupil.
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala smpai bertahun-tahun. Gejala bila ada biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu menahan lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia dan azotemia. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80% (Smeltzer & Bare, 2003;899-900).
6.      Klasifikasi hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2003;897) hipertensi dapat di klasifikasikan di atas umur 18 tahun, beikut adalah klasifikasinya :
Kategori
Sistolik, (mmHg)
Diastolik, (mmHg)
Normal
Normal tinggi
Hipertensi :
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 (berat)
Stadium 4 (sangat berat)
<130
130-139

140-159
160-179
180-209
>210
<85
85-89

90-99
100-109
110-119
>120
7.      Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah tejadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas  setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau. Latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Untuk mengobati hipertensi,dapat dilakukan penurunan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi farmakologis dan non farmakologis dapat membantu seseorang mengurangi tekanan darahnya.
a.       Pada sebagian orang, penurunan berat tampaknya mengurangi tekanan darah, mungkin dengan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
b.      Olah raga, terutama bila desertai penurunn berat, menurunkan tekanan darah denan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin TPR. Olah raga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi timbulnya hipertensi yang berkaitan-aterosklerosis.
c.       Tehnik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis.
d.      Berhenti merokok pennting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
e.       Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya. Sebagian diuretik (tiazid) tampaknya juga menurunkan TPR.
f.       Penghambat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintepensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagai penghambat aluran kalsium otot jantung: sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos vaskuler. Dengan demikian, berbagai penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
g.      Penghambat enzim pengubah angiostensin II (inhibitor ACE) berfungsi untuk menurunkan angiostensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik dengan secara langsung menurunkan TPR, dan karena angiostensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, hingga volume plasma dan curah jantung menurun. Karena enzim pengubah tersebut juga mengurangi vasodilator bradikininn, maka inhibitor enzim pengubah akan menurunkan tekanan darah dengan memperpanjang efek bradikinin.
h.      Antagonis (penyekat) reseptor-beta, terutama penyekat β1 selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
i.        Antagonis reseptor-alfa menghambat reseptor alfa di otot polos vaskular yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini menurunkan TPR.
j.        Dapat digunakan vasodilator arteiol langsung untuk menurunkan TPR.

B.     Konsep Dasar Belimbing
1.      Definisi Belimbing
Sekarang, belimbing banyak ditanam di asia tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia, juga dicina bagaian selatan, Taiwan, serta india. Kulit buahnya tipis, transparan, mengilap seperti berlapis lilin; masih muda hijau, bila sudah masak warnanya kuning muda sampai kuning tua. Panjang buah antara 5-15cm, berbentuk bulat telur sampai bulat panjang; berdaging, banyak mengandung air, rasanya manis sampai asam, berusuk lima;bila dipotong melintang menyerupai bintang sehingga di sebut juga starfruit atau star apple. Bijinya bias mencapai 12, warnanya putih kotor kecoklatan,pipih,bentuknya elips dengan kedua ujung runcing. Belimbing memiliki bentuk khas, seperti bintang lima. Belimbing merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia yang kemudian menyabar rata di Asia Tenggara. Dibandingkan belimbing asam (Averrboa bilimbi), atau lazim disebut sebagai belimbing wuluh, orang lebih menyukai belimbing manis (averrboa carambola ).
2.      Kandungan belimbing
Dilihat dari komposisi gizinya, buah belimbing manis merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik. Komposisi gizi buah belimbing manis memiliki sumber vitamin C yang sangat baik. Konsumsi 100 gram buah belimbing cukup untuk memenuhi 57 persen kebutuhan akan vitamin C  setiap harinya.
Buah belimbing merupakan sumber antioksidan yang baik, memiliki kandungan polifenol hingga 33 mg. Polifenol merupakan sumber antioksidan yang baik karena dapat mengikat radikal bebas. Buah belimbing juga mengandung serat pangan yang baik. Konsumsi 100 gram buah belimbing cukup untuk memenuhi 14 persen kebutuhan tubuh akan serat pangan. Serat pangan sangat dibutuhkan untuk menurunkan kadar kolesterol. Hal itu disebabkan oleh kemampuan serat untuk mengikat asam empedu, yaitu produk akhir dari metabolisme kolesterol. Semakin banyak asam empedu yang berikatan dengan serat dan terbuang melalui proses buang air besar, maka semakin banyak kolesterol yang dimetabolisme. Mekanisme tersebut secara otomatis akan menurunkan kadar kolesterol.
Buah belimbing mengandung protein, lemak, mineral (kalium, kalsium, fosfor, zat besi), vitamin (C,B), beta karoten, kalsium oksalat, dan serat. Kadar kaliumnya tinggi  sehingga penderita gagal ginjal dilarang mengkomsumsi belimbing. Sebuah belimbing ukuran sedang (127 g) mengandung 42 kalori, 91% air, 10 g karbohidrat, 1g protein,5 mg kalsium, 207 mg kalium, 11 mg magnesium, 20 mg fosfor, 62 IU vitamin A, 27 mg vitamin C, 1 mg niasin, 0,1 mg vitamin B6, 18 micrg folat, dan 3 g serat.
C.     Pengaruh Konsumsi Jus Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Buah belimbing sangat baik dikonsumsi penderita hipertensi. Suatu makanan dikatakan  makanan sehat  untuk jantung dan pembuluh darah, apabila mengandung rasio kalium  dengan natrium minimal 5:1. Buah belimbing mengandung kalium dan natrium dengan perbandingan 66:1, sehingga sangat bagus untuk penderita hipertensi. Cara kerja kalium adalah kebalikan dengannatrium. Jika natrium meningkatkan tekanan darah, maka kalium bekerja menurunkan tekanan darah.
Peranan kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekana osmotic dan keseimbangan asam-basa. Kalium menjaga tekanan osmotic dalam cairan intraselular dan sebagian terkait dengan protein. Kalium juga membantu mengaktivitas reaksi enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Secara emperis, buah belimbing manis yang digunakan sebagai anti-hipertensi adalah dua buah per hari.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.    Text Box: Faktor yang berpengaruh :
- Usia
- Gaya hidup
Kerangka Konsep

 








Keterangan:
                        : Variable yang diteliti                                   
                         : Variable yang tidak diteliti

Disini peneliti melihat isi kandungan dari belimbing mampu membuat penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Disini yang dikatakan hipertensi adalah keadaan dimanana seseorang memiliki tekanan darah sistoliknya lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya lebih dari 90 mmHg. Disini peneliti melihat sebelumnya pada kandungan dari belimbing memiliki kandungan kalium yang banyak, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara konsumsi jus belimbing dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Namun disini peneliti tidak meneliti obat antihipertensi.
B.     Hipotesa
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2008).  Hipotesa dari penelitian ini adalah : ada pengaruh antara mengkonsumsi jus belimbing dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
C.     Definisi Operasional Variable
Soepart dan Haryanto dalam Nursalam (2003;97), menayatakan variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll).
1.      Variabel Bebas (independen)
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam,2003;97). Dalam penelitian ini, variabel yang mempengaruhi penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah jus belimbing.
2.      Variabel Terikat (dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,2003;98). Dalam penelitian ini variabel yang berubah karena jus belimbing adalah penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
3.      Operasional
Definisi operasional Merupakan penjelasan dari semua variabel dan istilah yang dipergunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca atau peneliti dalam mengartikan makna penelitian.


No
Variable
Definisi Variable
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1
Belimbing
Mampu membuat penurunan tekanan darah dengan mengkonsumsi jus belimbing.
Dengan cara membawa belimbing ke laboratorium untuk mengetahui kandungan belimbing.
Perbandingan antara kalium dengan natrium di dalam kandungan belimbing minimal 5:1
Rasio
2
Hipertensi
Mencari alternatif untuk menurunkan tekanan darah.
Selisih tekanan darah sebalum diberikan jus belimbing dengan setelah diberikan jus belimbing.
Tekanan pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Terdapat duatekanan darah yaitu, systole (tekanan atas), normalnya 120 mmHg dan diastole (tekanan bawah) normalnya 80 mmHg
Rasio


















BAB IV
METODE PENALITIAN

A.     Desain Penelitian
Rancangan atau desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. (Nursalam, 2008). Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan observasional. Dengan rancangan desain penelitian menggunakan sistem pengaruh (causal), yaitu menguji pengaruh variable independen tehadap variable dependen. Cara pendekatan terhadap subyek penelitian yang digunakan adalah Quasy experiment yaitu, satu kelompok dilakukan intervensi sesuai yang dikehendaki sedangkan kelompok lainnya dilakukan seperti biasa dengan rancangan non-equivalent control group. Design ini terdiri dari dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian dilakukan pre test pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan post test pada kedua kelompok tersebut.
                                                  Pre test                  Perlakuan                          Post test
          Kelompok eks               1                      X                            2
                                                                                                               
         Kelompok kontrol          3                                                     4              

Keterangan :
1        : Tekanan darah pre- test kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan.
X       :  Perlakuan terhadap kelompok eksperimen
2            : Tekanan darah setelah perlakuan(post-test)
3            : Tekanan darah pre- test kelompok kontrol.
4            : Tekanan darah post test pada kelompok kontrol

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa “B” pada bulan agustus tahun 2011.
C.     Populasi dan Sample Penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah setiap subyek (manusia/pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,2003). Pada penelitian ini populasinya adalah masyarakat Desa “B” yang terkena penyakit hipertensi.
2.      Sample Penelitian
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Yang menjadi sample adalah masyarakat Desa “B” dalam jangka waktu 1 bulan. Yang memenuhi kriteria  inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusi sebagai beikut :
a.       Masyarakat dengan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg.
b.      Masyarakat dengan tekanan darah diastolic diatas 90 mmHg.
c.       Masyarakat yang menyetujui sebagai responden.
Adapun kriteria eksklusi sebagai berikut :
a.       Masyarakat yang berhenti pada saat dipertengahan penelitian.
3.      Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sample (Sugiyono, 2010;62). Penelitian ini menggunakan “teknik purposive sampling” yaitu penetapan sampel diantara populasi sesuai denganyang di kehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat memiliki karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
D.     Jenis dan Cara Pengolahan Data
1.      Jenis data yang dikumpulkan
      Data adalah hasil pencatatatn peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka-angka. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.
2.      Cara pengumpulan data
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain: 
a.             Melakukan evaluasi kriteria inklusi dan eksklusi klien hipertensi di desa ”B”.
b.            Menetapkan klien sebagai subyek penelitian dan meminta persetujuan (inform consent)
c.             Melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat pengukuran tekanan darah, yaitu mesin Sphygnomanometer (pre test) pada masing-masing kelompok.
d.            Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen (jus belimbing) 2x per hari selama 2 minggu.
e.             Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah setelah diberikan jus belimbing selama 2 minggu dengan menggunakan alat pengukuran tekanan darah pada kelompok eksperimen.
f.             Pada kelompok kontrol dilakukan pengukuran awal kemudian setelah 2 minggu diukur lagi (post test).
g.            Memasukkan data hasil pengukuran tekanan darah sesudah pengukuran kedalam master tabel.
h.            Mengecek kelengkapan data yang telah terkumpul.
i.              Melakukan klasifikasi data.
j.              Uji normalitas data

3.      Instrument pengumpulan data
Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah alat-alat dan bahan yang akan diteliti oleh peneliti. Bahan yang akan diteliti adalah belimbing untuk memastikan apa kandungan yang ada dalam belimbing dengan cara meneliti ke laboratorium. Alat-alat yang digunakan adalah stetoskop dan sphygmomanometer untuk memastikan masyarakat yang tmengidap penyakit hipertensi.
E.     Pengolahan Data dan Analisa Data
1.      Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data pada penelitian ini adalah :
a.       Editing
Mengecek hasil pemeriksaan fisik dari responden dan juga pemeriksaan laboratorium, bila terjadi kejanggalan segera dilakukan perbaikan.
b.      Coding
Data yang terkumpul diperiksa kelengkapannya, kemudian diberi kode angka sesuai dengan buku kode peneliti yang telah disiapkan sebelumnya.
c.       Entry
Merupakan upaya peneliti untuk memasukkan data ke dalam media agar peneliti mudah mencari data itu bila diperlukan lagi. Biasanya data ini dimasukkan atau disimpan dalam disket/ flaskdisk, ataupun program data base yang akan diolah menggunakan komputer.
d.      Cleaning
Data yang sudah terkumpul dan diberi kode kemudian data di entry dan diperiksa kembali.
2.      Analisa data
a.       Deskriptif Data
Data tekanan darah  yang didapat adalah : (1) tekanan darah sebelum diberikan jus belimbing, (2) tekanan darah setelah diberikan jus belimbing. Kemudian data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel. Penyajian data awal akan dilakukan secara deskriptif dengan penyajian sebagai berikut:
1)      Modus
Merupakan nilai yang paling sering muncul (frekuensi terbesar) dari seperangkat data atau observasi
2)      Median
Merupakan nilai tengah dari sekelompok data yang telah disusun secara urut.
3)      Mean
Merupakan titik berat dari seperangkat data atau observasi yang sensitif terhadap nilai ekstrim. Rata-rata diperoleh dengan cara membagi jumlah nilai dibagi dengan jumlah data.

b.      Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Pemberian Jus Belimbing
Sebelum dianalisis, data pre-test dan post-test disajikan dalam tabel secara deskriptif, kemudian dihitung perbedaan nilai pre-test dan post-test. Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik, yaitu dengan Paired Sampels t-Test untuk mempelajari perbedaan nilai pre-test dan post-test dengan derajat kemaknaan p≤ 0,05. bila hasil nilai uji statistik Paired Sampels t-Test didapatkan nilai yang signifikan antara pre test dan post test terhadap penurunan tekanan darah p≤ 0,05 ini berarti ada pengaruh jus belimbing terhadap tekanan darah. Sedangkan untuk data post test kelompok eksperimen dan data post test kelompok kontrol menggunakan uji statistik independent t-Test dengan derajat kemaknaan p≤0,05 yang berarti terdapat perbedan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mempermudah pengolahan data maka peneliti melaksanakan uji Paired Sampels t-Test diolah dengan bantuan komputer dengan program statitistik SPSS 16. Apabila sebaran data tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji Man Whitney.